Board Game for Peace
Partner
Ringkasan Program
Board Game for Peace merupakan program yang dikemas dengan cara kreatif dan efektif melalui berbagai permainan papan untuk menebar perdamaian di kalangan pemuda Indonesia. Program ini menjadi platform bagi generasi muda untuk belajar dan mempraktikkan peacebuilding skills dengan cara-cara yang asyik.
Tujuan Program
Program BGFP bertujuan untuk mempromosikan pendidikan perdamaian di kalangan generasi muda Indonesia melalui permainan papan yang menyenangkan dan interaktif.
Permainan ini dirancang untuk menyimulasikan situasi dan tantangan kehidupan nyata yang mendorong empati, kerja sama, dan pemikiran kritis di antara para pemain. Melalui permainan ini, para pemain belajar untuk menghargai keragaman, menghormati perbedaan, dan mengembangkan keterampilan resolusi konflik.
Latar Belakang Program
Pada beberapa tahun terakhir, terjadi aksi teror dan bom bunuh diri yang mengatasnamakan ajaran agama serta melibatkan pemuda dan anak di bawah umur, salah satunya penyerangan gereja St. Lidwina di Yogyakarta. Aksi ini terjadi pada tahun 2018 bersama dengan rentetan pengeboman di Surabaya menjelang bulan Ramadan.
Kampanye perdamaian perlu dilakukan dari generasi muda karena mereka memiliki pengaruh kuat untuk menciptakan perdamaian. Generasi muda dipandang sebagai ujung tombak dari pembangunan dan pembawa perdamaian pada masa depan.
Arez sebagai representasi anak muda di Makassar sebelum mengikuti kegiatan Board Game for Peace (BGFP) sangat mendukung sistem khilafah. Namun, setelah mengikuti pelatihan, Arez mengalami titik balik.
“Saat kuliah dulu saya sangat mendukung sistem khilafah hingga berdebat sengit dengan teman di mata kuliah PKN. Kemudian tahun 2017 saya ikut pelatihan Board Game for Peace, saya pun mengalami titik balik. Apalagi saat menonton video para suporter ISIS membakar paspor dan keluarga returnee berjuang keluar dari ISIS karena tidak mendapatkan berbagai hal yang dijanjikan.” (Arez, Alumni BGFP Makassar)
Cerita Arez adalah salah satu gambaran menguatnya dukungan anak muda terhadap radikalisme dan ekstremisme kekerasan. Hal ini terkonfirmasi juga melalui riset dari PPIM UIN Syarif Hidayatullah yang berjudul “Api Dalam Sekam”.
Riset menemukan sebanyak 37,71% siswa dan mahasiswa dari 33 provinsi di Indonesia mengartikan teror bom sebagai bagian dari ajaran agama. Selain itu, pada persentase yang sama, responden juga setuju bahwa membela agama dapat diartikan menyerang orang yang berbeda agama.
Program Detail
PeaceGeneration bersama CONVEY Indonesia merespon fenomena tersebut dengan menginisiasi program BGFP. Sasaran penerima manfaat dari program ini adalah pelajar dan mahasiswa SMA/sederajat.
Lewat program ini, anak muda belajar memahami ekstremisme kekerasan melalui berbagai media kreatif, seperti board game, modul interaktif, dan video animasi. Mereka kemudian dilatih menjadi agen perdamaian yang mampu melakukan kampanye perdamaian pada teman sebaya.
Pelaksanaan Program
Program ini telah dilaksanakan sebanyak dua kali. Pada tahun 2017, BGFP menjangkau 358 penerima manfaat dari 5 kota, yaitu Bandung, Solo, Surabaya, Makassar, dan Padang.
Pada tahun 2018 cakupan program diperluas dengan tambahan 7 kota baru, yaitu Aceh, Cirebon, Palembang, Samarinda, Ambon, Palu, hingga Bima dengan 1100 orang anak muda sebagai penerima manfaat. Kegiatan ini juga dihadiri oleh partisipan difabel dan peserta yang berasal dari luar Indonesia.
BGFP 2.0 juga memperluas kampanye melalui aktivitas media sosial. PeaceGen mendorong para mitra di 12 kota untuk aktif membuat konten di media sosial dengan memberikan materi-materi visual yang mendukung pembuatan konten.
Tim Program
-
Taufik Nurhidayatulloh: Project Coordinator
-
Lindawati Sumpena: Project Officer
-
Dewi Lestari: Finance Officer
-
Ahmad Rijal Hadiyan: Creative Designer
Timeline Program
Program BGFP 1.0 dilaksanakan selama 2 tahun pada tahun 2017-2018
Sumber Dana:
Proyek BGFP di danai oleh UNDP dan PPIM UIN Syarif Hidayatullah melalui proyek CONVEY.
Tantangan
Berikut tantangan yang dihadapi:
-
Isu ekstremisme kekerasan belum menjadi isu yang familier di kalangan anak muda.
-
Penyampaian hanya narasi alternatif atau kontra narasi yang mengarah pada kelompok tertentu berpotensi menimbulkan backlash atau kurangnya penerimaan dari kelompok audiens.
Hasil Program
Para peserta mengalami peningkatan rata-rata pengetahuan dan keterampilan tentang upaya pencegahan ekstremisme kekerasan sebesar 0,58 bagi laki-laki dan 0,66 pada perempuan.
Persepsi peserta diukur lewat modifikasi Violent Extremism Disposition Scale (VEDS). Pasca pelatihan, kami menemukan 20,5% peserta mengalami perubahan skor VEDS dari kategori sedang ke kategori rendah.
Para alumni pelatihan juga masih melakukan kampanye perdamaian secara aktif menggunakan board game. Di beberapa daerah, seperti Ambon, Bima, Banda Aceh, dan Padang, mereka bahkan bersinergi dengan komunitas sekitar untuk melanjutkan pelatihan BGFP secara mandiri.
Hasil Pretest dan Posttest
Secara umum di 5 kota, perubahan pengetahuan peserta mengenai kekerasan ekstrem, termasuk alasan, faktor pendorong dan penarik, media kelompok ekstrem, nilai -nilai perdamaian, dan upaya yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kekerasan ekstrim mengalami peningkatan. Sebanyak 71% peserta dari 5 kota sangat puas dengan pelatihan BGFP ini.
Kesimpulan
BGFP hadir sebagai langkah mempromosikan perdamaian dengan cara yang interaktif menggunakan board game atau permainan papan. Training BGFP ini dapat diimplementasikan di sekolah, di kampus, atau komunitas. Bila Anda ingin mengadakan training BGFP untuk program peacebuilding, Anda bisa menghubungi kami lewat [email protected].
Tanggal Mulai
21 Aug 2017
Tanggal Akhir
14 Jan 2019
Milestones
- Board Game for Peace Bandung
- Board Game for Peace Surabaya
- Board Game for Peace Solo
- Board Game for Peace Padang
- Board Game for Peace Makassar
- Board Game for Peace Cirebon
- Board Game for Peace Ambon
- Board Game for Peace Palu
- Board Game for Peace Samarinda
- Board Game for Peace Palembang
- Board Game for Peace Bima
- Board Game for Peace Banda Aceh