Ciptakan Generasi Tangguh Siber, Kaspersky dan PeaceGen Gelar Workshop Literasi Digital untuk Ratusan Pelajar dan Guru se-Jawa Barat
PeaceGen.Id – Di tengah era digital yang tak terelakkan, di mana generasi muda menghabiskan rata-rata tujuh jam sehari di dunia maya, tantangan keamanan siber menjadi isu krusial yang menuntut perhatian serius. Isu keamanan ini juga terjadi dalam lingkup sekolah, seperti pengetahuan literasi digital yang belum merata dan adanya cyberbullying di kalangan siswa. Menjawab urgensi ini, Kaspersky berkolaborasi dengan PeaceGeneration Indonesia untuk menyelenggarakan Workshop Literasi Digital: Ciptakan Lingkungan Belajar Aman, Nyaman, dan Menggembirakan. Acara yang menargetkan ratusan siswa dan guru dari berbagai SMP dan SMA negeri maupun swasta di Jawa Barat ini digelar sebagai langkah konkret membangun ekosistem digital yang lebih aman.
Workshop ini diselenggarakan secara intensif selama dua hari di dua lokasi strategis di Kota Bandung. Sesi pertama untuk tingkat SMP/MTs berlangsung penuh antusiasme pada Jumat, 10 Oktober 2025, di Sekolah Kristen Yahya. Keesokan harinya, Sabtu, 11 Oktober 2025, giliran para siswa dan guru tingkat SMA/SMK/MA yang memadati aula Sekolah Pelita Fajar untuk mengikuti sesi serupa.

Inisiatif ini mendapat apresiasi dan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Dalam sambutannya, Dr. Edy Suparjoto, M.Pd., selaku Plt Sekretaris Dinas Pendidikan Jawa Barat, menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi untuk tujuan pendidikan. “Digitalisasi dilakukan untuk belajar, tidak hanya untuk media sosial. Disdik Jabar sangat mengapresiasi inisiatif ini dan berharap acara semacam ini akan terus berlangsung ke depannya untuk membekali generasi kita,” tegasnya.
Dipandu oleh para trainer ahli dari Kaspersky, Trishia Octaviano dan Defi Nofitra, para peserta diajak melalui serangkaian "misi" interaktif yang dirancang untuk membangun ketahanan digital secara personal dan komunal.
Membangun Perisai Pribadi dengan Cyber Hygiene
Sesi pembuka langsung membawa peserta ke jantung permasalahan melalui video edutainment “Dont Know? Kasih No”. Video ini secara efektif mengilustrasikan modus operandi kejahatan siber seperti phishing, tautan berbahaya, dan situs bajakan. Fasilitator kemudian memantik diskusi mendalam, mengungkap fakta bahwa 54% insiden keamanan siber berakar dari kesalahan pengguna (human error), yang dimanipulasi melalui teknik rekayasa sosial (social engineering) yang memangsa kelalaian dan emosi.

Baca juga: Pramuka MAN 2 Banda Aceh Gelar Kegiatan Dialogue for Peace Bersama Peace Generation Aceh
Berbagai jenis penipuan daring dibedah satu per satu:
-
Phishing: Upaya mencuri data sensitif dengan menyamar sebagai institusi terpercaya.
-
Smishing: Penipuan melalui pesan teks (SMS/WA) yang menggiring korban mengklik tautan berisi malware atau formulir palsu.
-
Doxing: Tindakan kejam menyebarkan informasi pribadi seseorang tanpa izin untuk tujuan melecehkan atau mengintimidasi.
-
Malware: Perangkat lunak jahat yang dirancang untuk merusak perangkat dan mencuri data.
Sebagai solusi fundamental, konsep Cyber Hygiene diperkenalkan. Ini bukan sekadar teori, melainkan serangkaian kebiasaan praktis untuk menjaga keamanan di dunia maya. Peserta diajarkan cara membuat kata sandi yang kuat minimal 10-12 karakter dengan kombinasi huruf besar-kecil, angka, dan simbol dan pentingnya mengaktifkan Verifikasi Dua Langkah (2FA) sebagai lapisan keamanan tambahan. Sesi ini menjadi sangat relevan ketika peserta diajak langsung memeriksa potensi kebocoran data pada akun mereka menggunakan pemindai QR interaktif.
Seperti apa yang dikemukakan oleh Alfie, siswa Rumah Belajar Semi Palar ketika ia mendapatkan kesadaran mengenai literasi digital, khususnya phising dan cara membuat password yang baik.
“Aku belajar tentang betapa pentingnya literasi digital, seperti phishing, penipuan digital. Jadi menurut aku paling seru tuh waktu bikin password, jadi kita tuh bikin kalimat gitu dan diganti sama simbol agak susah. Langkah aku selanjutnya di sekolah, kalau bisa mau sosialisasi juga tentang Kaspersky ini, kayak tentang bullying dan bikin password yang aman, karena berapa kali aku nemu password teman itu mudah banget. Terus ya semoga juga mereka bisa tau gimana cara mengendalikan misal ada penipuan, biar gak terburu-buru mencet link.”
Mengasah Nalar Kritis Melawan Gelombang Disinformasi
Setelah istirahat, sesi berlanjut dengan misi mengasah kemampuan berpikir kritis, sebuah keterampilan esensial untuk bertahan di tengah banjir informasi. Konsep Priming dan Framing dijelaskan sebagai cara media mengemas informasi untuk membentuk persepsi publik. Peserta belajar membedakan antara misinformasi (Informasi salah yang disebar tanpa sengaja) dan disinformasi (informasi bohong yang sengaja dibuat dan disebar untuk menipu).
Hal ini menjadi hal yang menyadarkan Ibu Fia, guru SMP Rajawali perihal jenis-jenis informasi bohong dan bagaimana cara mencegahnya.
“Terus ada ilmu baru yang memang saya baru dengar dari sini, seperti misinformasi dan disinformasi, ternyata itu serupa tapi tak sama dan itu terjadi di ruang digital. Saya yang ngecek email saya sudah bocor atau belum, ngecek password kita seberapa kuat, ternyata selama ini password saya tuh kurang banget, jadi saya baru sadar setelah ikut workshop ini.“
Sebagai senjata utama, diperkenalkan teknik membaca lateral: sebuah metode verifikasi dengan tidak hanya terpaku pada satu sumber, melainkan membuka tab baru untuk memeriksa klaim dari berbagai sumber kredibel. Ancaman canggih seperti deepfake, teknologi manipulasi video dan suara yang sangat realistis juga didemonstrasikan, membekali peserta dengan kemampuan mengenali ciri-ciri kejanggalan visual dan audio.

Baca juga: Cross-Country Learning Event JISRA: Membangun Perdamaian dan Keamanan Digital
Menjadi Digital Upstander Melalui Simulasi Interaktif
Akhir workshop Literasi Digital ini adalah ketika PeaceGen menerapkan media kreatif, yaitu menggunakan boardgame edukatif “Semester Baru”, PeaceGen menciptakan ruang simulasi yang aman bagi peserta untuk memahami dinamika perundungan. Permainan ini secara efektif memvisualisasikan konsep relasi kuasa (power imbalance) yang menjadi akar dari cyberbullying.
Melalui permainan peran, peserta merasakan langsung bagaimana sebuah candaan bisa berubah menjadi perundungan dan bagaimana dampak psikologisnya bagi korban. Sesi ini menekankan bahwa di dunia digital, setiap orang punya pilihan: menjadi penonton pasif (bystander) atau menjadi pembela aktif (upstander). Untuk itu, diperkenalkan empat langkah praktis menjadi upstander (4D):
-
Direct: Menegur pelaku secara langsung dan tegas jika aman.
-
Distract: Mengalihkan perhatian untuk mendinginkan situasi.
-
Delegate: Melaporkan insiden kepada pihak yang berwenang seperti guru atau platform media sosial.
-
Delay: Mendekati dan memberikan dukungan kepada korban setelah kejadian

Pengalaman ini menjadi hal yang membantu Ibu Bunga, guru SMAN 19 Bandung dalam memetakan penanganan cyberbullying dan literasi digital di sekolah.
“Untuk boardgame Semester Baru itu seru dan fun banget, kita sebagai guru bisa menemukan ternyata kalau boardgame ini kita berikan kepada anak-anak di kelas, akan lebih menumbuhkan kepekaan anak-anak tentang cyberbullying, seperti ada konsekuensi dalam jangka pendek dan jangka panjang yang harus mereka ketahui.”
Workshop ini ditutup dengan sesi penyusunan rencana aksi, di mana setiap sekolah didorong untuk merancang kampanye anti-perundungan siber versinya sendiri. Kolaborasi strategis antara keahlian teknologi Kaspersky dan pendekatan humanis PeaceGen ini terbukti berhasil melahirkan program yang tidak hanya informatif, tetapi juga transformatif, membekali ratusan agen perubahan untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman, nyaman, dan menggembirakan di Jawa Barat.

Para guru dan siswa diharapkan mampu mengaplikasikan pengetahuan baru mengenai keamanan digital yang diberikan oleh Kaspersky dan mampu menerapkan ilmu mengenai pencegahan cyberbullying yang dibagikan oleh PeaceGen melalui boardgame.
Sejalan dengan apa yang disampaikan oleh perwakilan siswa SMA Welas Asih, Himalaya ketika ia menyadari mengenai betapa pentingnya untuk selalu aware mengenai keamanan digital.
Baca juga: Disdik Jabar Dukung Pelatihan Guru Kreatif untuk SOP Pencegahan Kekerasan di Sekolah
“Banyak hal baru yang aku pelajari di sini, salah satunya bagaimana kita mengantisipasi device kita saat digunakan agar lebih aware lagi ke depannya dan agar kita bisa melek dalam literasi digital.”
Kunjungi kami di Instagram @peacegenid untuk informasi lebih lanjut terkait kegiatan-kegiatan serupa.
Bagi Anda orang tua, guru, dan pihak sekolah yang sedang mencari materi pembelajaran yang menarik, silakan kunjungi https://www.twinkl.co.id/ untuk akses bahan ajar yang interaktif, mudah, dan praktis.