Menyebar Pesan Damai & Mengikuti Teladan Nabi - Ninin Karlina – Koordinator PG Chapter Solo

Saya Ninin Karlina, Koordinator Peacegen Chapter Solo sekaligus fasilitator 12 NDP. Sejak kecil saya adalah aktifis Muhammadiyah dan sekarang diamanahi sebagai wakil ketua Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisiyah Sukoharjo yaitu organisasi perempuan muda di Muhammadiyah, selain itu juga menjadi Relawan Muhammadiyah Jawa Tengah yang beberapa kali diturunkan ketanah bencana untuk ikut bergiat membantu penyintas dan bidang pandu putri di Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan kwartir wilayah Jawa Tengah. 

Saya mulai fasilitasi 12 Nilai Perdamaian diakhir tahun 2016 pada program sekolah ceria, damai dan siaga bencana atau biasa dikenal sekolah cerdas, program ini memadukan nilai-nilai bencana Alam dari Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan nilai Perdamaian dari 12 NDP Peace Generation, jadi dari program ini saya mengenal PeaceGeneration. 

Baca juga: Kabar Baik dari Indonesia

Di program ini, saya mewakili MDMC untuk fasilitasi 20 sekolah di Jawa Tengah yang terdiri dari sekolah Muhamamdiyah, sekolah Negeri dan sekolah Kristen. Saya terkesan sekali dengan materi dari Peace Generation yang waktu itu langsung disampaikan kang Irfan, dari setiap materi yang disampaikan beliau seakan terjawab kegelisahan yang selama itu saya rasakan. 

Sudah lama saya merasa gelisah ketika barisan konservatif dengan gerakan-gerakan khasnya semakin mendominasi formasi terutama dikalangan milenial sehingga toleransi dan perdamaian menjadi sesuatu yang begitu mahal, dulu saya memang pernah menjadi bagian dari gerakan itu, sehingga perbedaan bagi saya adalah ancaman yang layak diserang, tapi perjalanan setelah hijrah justru saya gelisah ketika mendapati seseorang yang sepertiku dulu, dan hijrah ini tidak boleh berhenti disaya, saya harus menjadi pelopor hijrah dari konservatif ke moderat progresif, dari intoleran ke toleran dan humanis, sehingga Islam sebagai agama yang saya yakini betul-betul menjadi Agama Yang Rahmatan Lil alamin

Sebagai pemerhati isu-isu perdamaian dan perempuan, saya sering diundang menjadi narasumber, penceramah dan fasilitator dibeberapa acara seperti:

Baca juga: PeaceGen Wakili Indonesia di HLPF (Berbagi Pengalaman Sukses Ajarkan Damai dengan Media Kreatif)

  1. Trainer 12 NDP dalam acara “Peace Goers” kolaborasi PeaceGen Solo dan PSKP UGM untuk siswa SMA di Solo, 22-23 Feb 2020.
  2. Trainer 12 NDP dalam acara “Peace Goers” kolaborasi PeaceGen Solo dan PSKP UGM untuk siswa SMA di yogyakarta, 28-29 Feb 2020.
  3. Pemateri “Pencegahan Violence Ekstrimisme” untuk tokoh masyarakat, penyuluh agama dan tokoh pemuda, kolaborasi Peace Generation Solo dan Kasat Binmas Polda Jateng 27 Februari 2020.
  4. Trainer 12 NDP dalam kegiatan Latihan Dasar Kepemimpinan SMPN 2 Gondang dengan tema “kepemimpinan terbuka dlam perdamaian untuk membentuk karakter siswa”, 13-15 Maret 2020.
  5. Trainer 12 NDP pada acara perkaderan formal Ikatan Pelajar Muhammadiyah Ranting dengan mengusung tema “Implementasi Islam berkemajuan untuk mengurangi risiko bencana Alam dan bencana sosial” 1 januari 2020; dan masih banyak lagi kegiatan yang saya ikuti sebelum tahun 2020.

Perjalanan mengajarkan perdamaian dan Islam yang rahmah memang tak selalu berjalan mulus sesuai harapan, ada kelompok yang terus menyerang dengan lantang berteriak dibanyak grup WhatsApp dan medsos lainnya bahwa Ninin Adalah corong kafir Barat, si Gender Keblinger yang pemikiran dan gerakannya harus dicegah, bahkan ketika saya mencoba mengajak berdiskusi dengan baik tapi justru muncul kata-kata “lakum dinukum waliyadin” secara tidak langsung mengatakan saya murtad dan perempuan penganut feminis Barat yang anti Khilafah dan anti Jihadis

Sebenarnya banyak yang mendukung gerakan saya, tapi mereka mencari aman karena takut dengan suara keras sekelompok duta Islam yang kasar. Awalnya saya merasa terganggu, tapi ketika saya mengingat Nabi Muhamamad SAW yang jelas dikatakan Al-Maksum atau selalu dalam penjagaan Allah saja sering kali dapat penolakan saat berdakwah. Apalagi saya sebagai manusia biasa. 

Dari kejadian ini, justru memberi pembelajaran yang berharga untuk berlatih dewasa dalam menghadapi situasi yang kurang bersahabat, menghadapi perbedaan yang berujung konflik dan bagaimana memetakan penyelesaian serta sebagai cambuk bahwa berdakwah itu memang butuh nyali, pada akhirnya saya kebal dan terbiasa dalam menghadapi itu semua, sambil terus berjalan menyemai damai dan mendakwahkan Islam yang Rahmatan lil alamin. Satu hal yang selalu menguatkan saya adalah keluarga. Karena keluarga tak hanya mendukung secara psikologis tapi juga materi. Izin dari suami itulah yang membuat saya yakin untuk terus melangkah.

Baca juga: SHIFT: Kolaborasi Antar Generasi Dalam Meningkatkan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Bagikan