Meruntuhkan Tembok Prasangka: Kisah Putri, Ashoka Changemaker, Mencegah Kekerasan Seksual Berbekal 12 Nilai Damai PeaceGen

Di tengah maraknya isu sosial yang kompleks, seorang anak muda dari Bandung, Widiawati Putri Latifah, hadir sebagai agen perubahan lulusan PeaceSantren Welas Asih di Samarang, Garut. 

Putri tidak hanya berhasil meraih predikat sebagai Ashoka Changemakers 2025, tetapi juga merintis sebuah inisiatif vital bernama "Welas Asih Lindungi dan Cegah Kekerasan Seksual". Gerakan ini berfokus pada isu pencegahan kekerasan seksual di lingkungan pesantren, sebuah topik yang sering dianggap tabu. Namun, mendesak untuk ditangani.

Perjalanan Putri bukanlah sebuah kebetulan. Di balik semangat dan keberaniannya, terdapat fondasi kuat yang dibangun dari pemahaman mendalam terhadap 12 Nilai Dasar Perdamaian (NDP), sebuah buku, modul, dan pelatihan yang dikembangkan oleh PeaceGeneration Indonesia (PeaceGen). Kisah Putri dalam membuat inisiatif perdamaian di sekolah menjadi bukti konkrit bagaimana nilai-nilai perdamaian dapat bertumbuh dari sekadar teori menjadi aksi nyata yang berdampak untuk anak muda.

Titik Awal: Mengenal Damai di Keseharian Pesantren

Putri mengenal 12 NDP secara bertahap. Di mulai dari lingkungan pendidikannya, PeaceSantren Welas Asih, karena Putri sering mendengar Abah Irfan Amalee yang juga co-founder PeaceGen menyebut tentang nilai-nilai perdamaian. Rasa penasaran Putri lalu meningkat sampai ia mendorong pesantren-nya untuk mengadakan kelas 12 NDP.

“Saya berpikir, wow, kenapa bisa ada lembaga yang fokus ke perdamaian dan sebesar ini, se-powerful ini?” Ungkap Putri.

Baca juga: Kisah Avicenna: Meruntuhkan Prasangka dengan 12 Nilai Dasar Perdamaian hingga menjadi Penggerak Perdamaian di Aceh

Ia yakin bahwa inti kekuatan PeaceGen pastilah berasal dari 12 nilai tersebut. Menariknya, sebelum mempelajari teorinya secara formal, Putri sudah merasakan dan melihat nilai-nilai itu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari di pesantren dan juga kegiatan-kegiatan PeaceGen seperti Agents of Peace (AoP) Youth Summit dan Peacetival 2024. Ketika Putri akhirnya meminta untuk mempelajari 12 NDP secara khusus di pesantren, semua terasa “klik”. 

“Oh, kayak gini ternyata akar (konflik) nya,” ujarnya. Momen itulah yang menjadi titik balik, mengubah banyak kesadaran dan perspektifnya tentang perdamaian.

Meruntuhkan Prasangka: Nilai yang Paling Mengubah Diri dari 12 NDP

Dari dua belas nilai yang ada, Putri mengaku bahwa nilai tentang Meruntuhkan Prasangka (Breaking Prejudice) merupakan hal yang paling melekat dalam mengubah dirinya. Menurutnya, prasangka adalah musuh yang tak terlihat. 

“(Prasangka) Samar banget, sangat susah terlihat. Tanpa sadar, kita sering berprasangka ke orang lain tentang kesalahan mereka, kebiasaan mereka, atau apapun yang orang lain lakukan,” jelasnya.

Putri menceritakan pengalaman pribadinya berhadapan dengan seseorang yang kerap berlaku kasar kepadanya. Perasaan benci dan kesal membuatnya merasa berat setiap kali harus bertemu orang tersebut. Namun, berbekal pemahaman tentang prasangka, ia mulai bertanya pada dirinya sendiri, “Apakah dia memang tidak suka sama saya, atau itu tuh cuman prasangka saya saja?”

Dengan memberanikan diri, Putri mengajak orang tersebut berdiskusi. Hasilnya mengejutkan. Orang itu sama sekali tidak sadar bahwa perilakunya telah menyakiti Putri dan menganggapnya sebagai cara bercanda karena sudah merasa dekat. 

“Ketika kita bisa merobohkan tembok prasangka ini, maka kita tuh bisa dapat win-win solution. Kita bisa mendengarkan keinginan mereka, dan mereka juga bisa mendengarkan keinginan kita,” simpulnya.

Pengalaman ini mengajarkan betapa pentingnya komunikasi untuk meruntuhkan asumsi yang berpotensi merusak hubungan.

Dari Pertumbuhan Pribadi Menuju Aksi Sosial

Pemahaman mendalam tentang 12 NDP, khususnya nilai-nilai seperti menerima keragaman (diversity), menghadapi konflik (conflict), dan menolak kekerasan (rejecting violence), tidak hanya memperkaya kehidupan Putri pribadi, tetapi juga menjadi bahan bakar utama bagi inisiatif sosialnya di lingkungan pesantren.

Langkah Putri menjadi seorang changemaker dimulai saat ia mengikuti AoP Summit dari PeaceGen. Di sana, ia memilih untuk mengangkat isu kekerasan seksual di pesantren. Awalnya, Putri merasa pesimis. Namun, energi dan semangat yang ia dapatkan di jaringan AoP muda memacunya untuk mematangkan konsep dan membangun komunitasnya.

Baca juga: Kisah Inspiratif dari Inspiration House Cirebon: Menggerakkan Komunitas dengan Sentuhan Perdamaian

Putri secara sadar mengintegrasikan 12 NDP ke dalam inisiatif sosial bernama Welas Asih Lindungi dan Cegah Kekerasan Seksual:

  1. Menerima Diri Sendiri (Accepting Myself): Nilai yang menguatkan diri ini memberi Putri kekuatan saat menghadapi orang-orang yang meremehkan inisiatifnya. “Kenapa harus fokus ke hal kayak gitu?” atau “Kenapa diurusin, kan kita juga nggak ngalamin?” adalah beberapa respons yang ia terima. Dengan menerima dirinya dan keyakinannya, ia tetap teguh pada jalannya.

  2. Meruntuhkan Prasangka (Breaking Prejudice): Ini menjadi senjata utamanya untuk melawan narasi victim-blaming (menyalahkan korban) yang masih marak. Ia berjuang meruntuhkan prasangka bahwa korbanlah yang memicu kekerasan karena pakaian atau perilakunya.

  3. Laki-Laki & Perempuan Sama-Sama Manusia (Male & Female Are Human Equals): Putri menekankan pentingnya rasa saling menghormati. Inisiatifnya bukan untuk menyudutkan laki-laki sebagai pelaku, melainkan mengajak semua pihak untuk saling menjaga karena siapa pun bisa menjadi korban dan pelaku.

  4. Menolak Kekerasan (Rejecting Violence) & Memberi Maaf (Asking for Forgiveness): Dua nilai ini menjadi inti edukasinya. Ia menolak segala bentuk kekerasan, terutama dalam dunia pendidikan, dan menyadarkan para pelaku bahwa tindakan yang dianggap "bercanda" tetaplah salah dan mereka harus berani meminta maaf.

Pesan untuk Generasi Muda: Belajar Damai itu Wajib!

Kisah Putri adalah testimoni langsung anak muda yang mempelajari 12 NDP. Putri kini percaya bahwa hidup itu harus dimaknai dengan pendidikan perdamaian. “Belajar perdamaian bukanlah kemewahan, melainkan sebuah kebutuhan,” menurutnya. Putri percaya bahwa 12 NDP adalah kunci yang bisa membuka solusi atas berbagai masalah yang dihadapi anak muda, bahkan orang tua.

“Pesan aku buat teman-teman, harus banget belajar 12 Nilai Dasar Perdamaian, minimal sekali seumur hidup,” tegasnya. “Dan tentunya bukan untuk dipelajari saja, tapi juga diaplikasikan dan disebarkan. Karena kita nggak bakal tahu dengan menyebarkan ini, seberapa besar manfaat yang orang-orang raih.”

Energi positif Putri yang menyala ini bersumber dari sebuah pertanyaan yang sangat mendalam bagi dirinya: “Kalau kita mati, kita tuh mau ninggalin apa buat orang lain?” Bagi Putri, hidup adalah tentang meninggalkan jejak manfaat yang bisa membuat orang lain berkembang.

Melalui perjalanannya, Putri yang merupakan Ashoka Changemakers 2025 ini menunjukkan bahwa menjadi agen perdamaian atau AoP dimulai dari diri sendiri. Dengan meruntuhkan tembok prasangka dalam hati, mempercayai bahwa laki-laki & perempuan sama-sama manusia, hingga menolak kekerasan kini membantu anak muda di lingkungan pesantren tidak bungkam terhadap kekerasan seksual. 

Baca juga: Kisah Miss Ela Melawan Bullying dengan Menumbuhkan Empati dan Memberdayakan Upstanders

Perubahan nyata yang dibawa oleh Putri ini salah satunya berawal 12 NDP yang kini hadir dalam format terbaru!

E-Course 12 NDP for Youth kini hadir untuk anak muda belajar perdamaian dengan cara kreatif, inovatif, dan seru.

Akses E-Course 12 NDP sekarang di https://peacegen.myr.id/lp/12-nilai-dasar-perdamaian 

Bagikan