Kisah Avicenna: Meruntuhkan Prasangka dengan 12 Nilai Dasar Perdamaian hingga menjadi Penggerak Perdamaian di Aceh


Aceh merupakan sebuah provinsi di ujung utara Pulau Sumatra yang kaya akan sejarah dan budaya. Di tengah dinamika masyarakat yang bercorak Islami, muncul sosok-sosok inspiratif yang tak kenal lelah bergerak untuk menciptakan harmoni lintas iman. Sosok tersebut adalah Avicenna Al-Maududdy, seorang dosen yang juga menjadi koordinator dan penggerak PeaceGen Aceh.
Perjalanan Avicenna Mengenal 12 Nilai Dasar Perdamaian
Ada kisah menarik dari di perjalanan Avicenna ini. Awalnya, ketertarikannya pergi ke Sabang hanya sebatas keinginan untuk healing atau berlibur. Namun, ia justru menemukan kegiatan menarik dari PeaceGen, yaitu PeaceCamp. PeaceCamp sendiri diinisiasi oleh alumni Training of Trainers (ToT) 2017 sebelum PeaceGen chapter Aceh terbentuk. Inilah awal yang membuat Avicenna yang akrab dipanggil Avi mengenal 12 NDP dari PeaceGen.
"Waktu itu saya kan kebetulan mau healing juga gitu ke Sabang. Saya pikir ini sekalian aja gitu sekalian jalan," kenang Avicenna.
Keterlibatan Avicenna dalam gerakan perdamaian semakin progresif sejak Februari 2018. Terlebih ketika ia mengikuti Training of Facilitator (ToF) yang diselenggarakan oleh alumni ToT 2017 Bersama dengan Pak Jessy Kristian Patty dan Bang Dedi Harfianda. Hingga akhirnya, mereka mengajukan pembentukan PeaceGen chapter Aceh dan berhasil diresmikan pada 19 Maret 2018.
Sejak saat itu, PeaceGen Aceh aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan, termasuk PeaceCamp dan Pesantren Damai atau dikenal juga sebagai PeaceSantren. Avi menyoroti inovasi yang dilakukan PeaceGen Aceh dalam PeaceSantren. Berbeda dengan program PeaceSantren yang pada umumnya hanya melibatkan Muslim. PeaceGen Aceh mempelopori PeaceSantren yang melibatkan non-Muslim, termasuk teman-teman dari Kristen, Katolik, dan Buddha.
"Biasanya pesantren itu kan hanya untuk Muslim dalam membedah ayat-ayat suci tentang nilai perdamaian di bulan suci. Jadi kami membuat transformasi bahwasanya ini bisa kita libatkan kawan-kawan Non-Muslim supaya kita bergaul dengan kawan-kawan dari Kristen, Katolik, dan Buddha,” jawab Avi.
Baca juga: Kisah Inspiratif dari Inspiration House Cirebon: Menggerakkan Komunitas dengan Sentuhan Perdamaian
“Pada saat itu di 2018 saat pertama kali kita membuat pesantren, kebetulan ketua koordinator panitianya saya waktu itu sebagai alumni kegiatannya juga," jelas Avicenna.
Kegiatan ini bertujuan untuk membedah ayat-ayat perdamaian dari berbagai kitab suci, menyatukan pemahaman lintas iman tentang perdamaian. Selain itu, PeaceGen Aceh juga menjadi salah satu dari lima kota yang terlibat dalam program "Board Game for Peace" (BGFP) pada tahun 2018.
PeaceGen Aceh Sempat Vakum dan Kini Bangkit Kembali
Pandemi COVID-19 pada akhir 2019 hingga 2020 berdampak pada aktivitas PeaceGen Aceh. Pandemi ini membuat kegiatan organisasi menjadi kurang optimal karena harus dilakukan secara daring. Bahkan sempat ada pergantian koordinator. Kondisi ini yang pada akhirnya menyebabkan PeaceGen Aceh sempat vakum dari tahun 2022 hingga 2024.
Namun, semangat Avi untuk menghidupkan kembali PeaceGen Aceh tidak pernah padam. Setelah menyelesaikan pendidikan magisternya di Yogyakarta, ia kembali ke Aceh pada Desember 2024 untuk mengaktifkan kembali PeaceGen chapter Aceh.
"Saya berpikir ini PeaceGen Aceh sudah lama vakum juga ya. Terakhir hidup kan 2022 akhir itu, sedangkan ini sudah dua tahun kan vakum," ujarnya.
Ia berpendapat bahwa PeaceGen Aceh adalah "kendaraan" yang penting untuk menyebarkan nilai-nilai perdamaian, terutama mengingat sudah ada lebih dari 200 "Agents of Peace" (AoP) di Aceh sejak 2018. Dengan dukungan pembina, Pak Jessy, Avi mengajukan perpanjangan surat keputusan (SK) sebagai chapter PeaceGen Aceh. Pada akhir Februari 2025, SK tersebut resmi keluar, dimulainya kembali kegiatan PeaceGen Aceh.
Penguatan Kepengurusan dan Rencana Masa Depan PeaceGen Aceh
Setelah mendapatkan SK, Avicenna bersama teman-teman Badan Pengurus Harian (BPH) PeaceGen Aceh mengadakan Duek Pakat atau musyawarah pada Februari 2025. Kegiatan ini bertujuan untuk merencanakan agenda dan divisi kerja sebagai bagian dari penguatan kepengurusan. PeaceGen Aceh akan berfokus pada tema dialog lintas iman yang dilaksanakan di Aceh Besar pada akhir April 2025.
Dialog ini juga bertujuan untuk memperkuat ikatan antar pengurus. Dengan latar belakang mereka yang sebagian besar baru saling mengenal dan berbeda agama juga etnis. "Bagaimana kita saya mengenal kamu, kamu mengenal saya dan bagaimana kita mengenal diri kita sendiri, kemudian kita bisa berdamai dengan diri sendiri, kemudian baru kita bisa bekerja sama," jelas Avicenna tentang tujuan kegiatan tersebut.
Baca juga: Kisah Miss Ela Melawan Bullying dengan Menumbuhkan Empati dan Memberdayakan Upstanders
Ke depan, PeaceGen Aceh berencana untuk menyelenggarakan pelatihan dengan konsep yang lebih santai, yaitu di warung kopi atau cafe. Mereka akan membahas satu nilai dari 12 NDP setiap malam Minggu dengan target menyelesaikan empat nilai setiap bulannya. Acara-acara besar seperti PeaceCamp dan Peaceantren kemungkinan akan dilaksanakan pada awal tahun 2026 oleh PeaceGen Aceh.
Perubahan Diri dan Dampak yang Dirasakan Pasca 12 NDP
Avicenna mengakui bahwa perjalanannya dengan PeaceGen telah membawa perubahan besar dalam cara berpikirnya. Delapan tahun yang lalu, ia memiliki prasangka terhadap etnis tertentu, seperti Tionghoa. Namun, kini ia bekerja sama dengan seorang sekretaris yang beragama Kristen dan beretnis Tionghoa. Ini adalah bentuk dari meruntuhkan prasangka yang ia dapatkan dari 12 NDP.
Ia juga menceritakan bagaimana pandangannya terhadap orang Jawa berubah setelah berinteraksi dengan mereka, terutama saat kuliah di Yogyakarta.
"Setelah kita mendalami nilai-nilai 12 NDP ternyata prasangka-prasangka itu hilang semua," ungkapnya.
Manfaat terbesar yang dirasakan Avi sebagai AoP adalah penerimaan diri. Ia percaya bahwa dengan memahami diri sendiri, seseorang dapat menerima orang lain dan berdamai dengan lingkungan.
Pentingnya Menyebarkan Nilai Perdamaian di Aceh
Avicenna sangat termotivasi untuk terus menyebarkan nilai-nilai perdamaian, terutama di Aceh, di mana isu agama sangat sensitif. Ia percaya bahwa "kalau kamu kuat dengan agamamu, kamu nggak akan terganggu dengan agama orang lain".
Oleh karena itu, ia aktif menjalin pendekatan dengan Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh, sebuah organisasi yang mirip dengan MUI di provinsi lain, juga Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) untuk memastikan kegiatan PeaceGen tidak dicurigai mencampuradukkan agama. Avi dan PeaceGen Aceh percaya, 12 NDP itu bertujuan untuk mengenalkan dan memahami keyakinan satu sama lain.
Bagi Avi, penting untuk terus menyebarkan 12 NDP karena nilai-nilai tersebut konkret dan saling berkaitan, mulai dari menerima diri hingga memberi maaf. Ia melihat banyak alumni PeaceGen Aceh yang kini mendirikan yayasan atau gerakan serupa, mengemas nilai-nilai perdamaian dengan cara mereka sendiri yang menunjukkan keberhasilan penyebaran nilai-nilai tersebut.
Pesan untuk Pelajar dan Agen Perdamaian Muda
Kalau dulu Avi dan teman-teman di PeaceGen Aceh harus ikut training offline selama 3 Hari 2 Malam, kini ia merasa akan lebih banyak lagi anak muda yang dapat menjadi AoP melalui akses e-course 12 NDP bagi pelajar SMA. Avicenna percaya hal ini dapat terwujud jika PeaceGen bersama chapter-chapter di daerah memperkenalkan terlebih dahulu 12 NDP kepada Gen Z dan Alpha.
Baca juga: Sekolah Cinta Ilmu Baleendah Wujudkan Sekolah Aman, Nyaman, dan Menggembirakan
“Kalau di PeaceGen Aceh sendiri, kami memiliki program untuk turun langsung ke sekolah-sekolah, termasuk SMP dan SMA Katolik Budi Darma di Banda Aceh, untuk menyampaikan nilai-nilai perdamaian,” ujar Avi.
Ketika Avi ditanya tentang arti menjadi AoP dan mempelajari 12 NDP, ia kembali menegaskan prinsipnya: "Ketika kamu sudah kuat dengan keyakinanmu, kamu tidak akan goyah dengan keyakinan orang lain." Menjadi agen perdamaian, bagi Avi berarti menyebarkan nilai-nilai yang bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk orang lain. Pesannya untuk teman-teman lain adalah untuk berani mendobrak "Dinding-dinding prasangka" yang negatif.
"Kita kan berbuat untuk hal kebaikan, jadi kenapa kita harus takut?" tambahnya.
PeaceGen Aceh sangat terbuka untuk kolaborasi dengan teman-teman yang ingin bergabung dan berdampak bagi masyarakat. Mereka akan terus berkoordinasi dengan PeaceGen Pusat untuk menyebarkan informasi dan memperluas jangkauan kegiatan, baik melalui WhatsApp Channel maupun Instagram.
Kisah Avi dan teman-teman di PeaceGen Aceh adalah bukti nyata bahwa perdamaian dapat diwujudkan melalui penerimaan diri, pemahaman lintas iman, dan keberanian untuk mendobrak prasangka. Dengan semangat kolaborasi dan dedikasi, PeaceGen Aceh terus bergerak maju menyemai benih-benih damai di Bumi Serambi Mekkah.