Kolaborasi dan Komitmen Bersama dalam Pencegahan Ekstremisme Kekerasan di Provinsi Jawa Barat


Peacegen.id - Perkembangan ekstremisme kekerasan di Indonesia menunjukkan dinamika yang kompleks. Ditandai dengan keterlibatan perempuan yang meningkat secara signifikan. Perannya tidak hanya sebagai pelaku, tetapi berpotensi melibatkan anak-anak dan menciptakan ancaman yang berlapis. Sebagai respon terhadap dinamika ini PeaceGeneration Indonesia bekerja sama dengan AMAN Indonesia dan Bakesbangpol Provinsi Jawa Barat, serta didukung oleh UN Women Indonesia menyelenggarakan lokakarya: Aplikasi Panduan Penilaian Sensitif Gender dalam Pencegahan Ekstremisme Kekerasan bagi Pokja RAD PE Provinsi Jawa Barat.
Lokakarya ini bertujuan untuk memperkenalkan dan mendiskusikan Panduan Sensitivitas Gender, menganalisis dan menilai secara kritis Rencana Aksi Daerah (RAD) Pencegahan Ekstremisme, dan merumuskan strategi implementasi RAN/RAD PE yang sensitif gender. Ditujukan bagi seluruh pemangku kepentingan, baik ditingkat nasional maupun daerah untuk pencegahan dan penanggulangan ekstremisme kekerasan.
Baca juga: Aksi dari 162 Organisasi Kepemudaan dalam Konferensi Pemuda Indonesia untuk Gaza Palestina
Pelaksanaan lokakarya dilakukan selama 2 hari dengan dihadiri oleh 29 anggota Kelompok Kerja RAD PE, yaitu perwakilan organisasi pemerintahan daerah dan organisasi Masyarakat Sipil. PeaceGeneration Indonesia dan AMAN Indonesia menjadi fasilitator dalam lokakarya ini. Turut serta Kepala Bidang (Kabid) Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Barat, H Khoirul Naim. S.K.M., M.Epid yang menjadi bagian dari narasumber bersama dengan Siti Kholifah dari FISIP Universitas Brawijaya, dan Ghufron dari AMAN Indonesia.
“Saya sangat mengapresiasi kolaborasi multipihak dari Bakesbangpol, PeaceGen, AMAN, dan UN Women Indonesia. Tentu kami memandang bahwa forum lokakarya ini bukan sekadar pengayaan teknis. Melainkan, ikhtiar kita bersama untuk memperkuat strategi pencegahan ekstremisme kekerasan yang adil dan setara gender,” ungkap Kabid Bakesbangpol dalam sambutannya.
Sebagaimana tujuan dari lokakarya ini adalah untuk merumuskan strategi implementasi RAN/RAD PE yang sensitif gender. Fannydari Sekolah Damai Indonesia Bandung sebagai organisasi yang juga turut serta dalam penyusunan RAD PE 2020 berkomitmen untuk berjuang dalam aspek pencegahan. Beliau mengungkapkan bahwa faktor intoleransi merupakan salah satu faktor tertinggi yang berkontribusi dalam ekstremisme kekerasan berbasis terorisme. Maka dari itu, upaya pencegahan yang dilakukan oleh Sekolah Damai Indonesia adalah berfokus dalam menumbuhkan empati dan toleransi di tengah keragaman dan perbedaan.
Baca juga: Perjalanan Ibu Intan: Dedikasi Terhadap Perdamaian Melalui 12 Nilai Dasar Perdamaian
“Kami ingin memberdayakan teman-teman muda untuk menumbuhkan rasa respek, empati, dan toleransi satu sala lain terutama ketika melihat banyaknya keragaman dan perbedaan,” ungkap Fanny.
Vivi Normasari sekjen Yayasan Keluarga Penyintas menyebutkan bahwa dari lokakarya ini merasa senang dan tercerahkan.
“Ternyata dari hasil lokakarya ini ada temuan bahwa kesbangpol sudah memberikan layanan kepada para penyintas korban di wilayah Bandung, Astana Anyar,” ungkap Vivi.
Selanjutnya, Yayasan Keluarga Penyintas akan bergerak lebih aktif lagi agar RAD PE ini bisa benar-benar dirasakan oleh teman-teman penyintas bukan hanya di Provinsi Jawa Barat, khususnya Bandung, tetapi juga ke kabupaten.
Kabid Bakesbangpol menyebutkan bahwa upaya pencegahan ektremisme kekerasan ini perlu komitmen dan kolaborasi dari berbagai stakeholder dan juga dari akademisi, masyarakat, wirausaha, dan media. Selanjutnya Bakesbangpol akan menghadirkan kolaborasi dalam konteks yang lebih teknis.
Baca artikel lainnya di peacegen.id