583 Guru di Bandung Raya Kolaborasi Cegah 3 Dosa Pendidikan melalui Kegiatan Training General Orientation
Bandung, 28 Juli 2023 - Training General Orientation (TGO) menjadi salah satu kegiatan kunci dalam Program Guru Masagi Abad 21, yang merupakan hasil kerja sama antara PeaceGeneration (PeaceGen) Indonesia dengan Dinas Pendidikan Jawa Barat, Jabar Masagi, dan Mensen met een missie (MM).
TGO telah berlangsung dari Mei hingga Juli 2023 dan diikuti oleh 583 guru dan warga sekolah berasal dari 10 SMA dan SMK di wilayah Bandung Raya. PeaceGen telah mengunjungi setiap sekolah tersebut yang tersebar di Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, dan Kabupaten Bandung Barat.
Berdasarkan evaluasi kebutuhan yang dilakukan oleh PeaceGen bersama sekolah-sekolah tersebut, tujuan utama diselenggarakannya kegiatan TGO ini untuk memberikan edukasi dan kesadaran tentang pencegahan 3 dosa pendidikan tidak hanya kepada guru mata pelajaran tertentu, tetapi juga kepada seluruh anggota warga sekolah, termasuk staf tata usaha dan lainnya.
Baca juga: Good News from Indonesia
Salah satu hal menarik dari kegiatan TGO ini adalah keberagaman jenis sekolah yang berpartisipasi, bukan hanya dari sekolah negeri, tetapi juga dari sekolah kejuruan, dan swasta. Salah satunya adalah SMA Pelita Fajar, sekolah yang mencerminkan keberagaman kepercayaan. Menurut Lannie, Kepala Sekolah SMA Pelita Fajar, sekolah ini bisa menjadi percontohan dalam menerapkan pencegahan 3 dosa besar khususnya dalam hal intoleransi.
"SMA Pelita Fajar adalah sekolah tiga bahasa dengan karakter nasional. Di sini, kita memiliki empat agama, yaitu Islam, Budha, Kristen Protestan, dan Kristen Katolik. Setiap pelajaran agama diajarkan sesuai dengan keyakinan masing-masing. Kami juga memiliki empat guru agama yang siap membimbing para siswa. Ketika ada kegiatan keagamaan, seperti puasa, kita merayakannya bersama. Saat ada acara Imlek, kita merayakannya bersama, begitu juga dengan acara Natal. Semuanya saling menghargai dan menghormati satu sama lain," ungkap Lannie.
Selain fokus pada pencegahan 3 dosa besar, TGO juga bertujuan untuk mewujudkan suasana belajar yang aman, nyaman, dan menyenangkan. Upaya mencapai tujuan tersebut dilakukan dengan memberikan pengetahuan tentang penanganan 3 dosa besar sesuai dengan panduan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta disesuaikan dengan konteks Dinas Pendidikan Jabar.
Selama sesi TGO, Irfan Amali, Direktur Eksekutif PeaceGen, menyampaikan pemahaman tentang pendekatan sistem dan alur penanganan dalam menangani 3 dosa besar dalam pendidikan, terutama dalam kasus perundungan. Menurut Irfan, menangani 3 dosa besar dalam pendidikan memerlukan pendekatan yang menyeluruh karena ada berbagai peran yang berkontribusi dalam kejadian tersebut, seperti korban, pelaku, suporter, dan penonton.
"Terjadi miskonsepsi bahwa perhatian sering kali tertuju pada pembully, namun para pendukungnya sering terlupakan. Padahal, terdapat ketimpangan kekuatan dalam anatomi perilaku bullying, dengan melibatkan korban, pelaku, pendukung, dan penonton. Pendukung ini ada yang secara aktif mendukung pembully, sementara ada juga yang mendukung secara pasif. Di antara penonton, ada yang tidak setuju dengan bullying namun merasa tidak berdaya untuk menghentikannya. Ada juga yang membela secara pasif namun tanpa kekuatan untuk menghentikan perilaku bullying. Selain itu, ada pihak yang dengan aktif membela, baik melindungi korban maupun menghentikan pembully," jelas Irfan.
Irfan Amali mendorong para guru dan warga sekolah untuk mengubah pola sistemik ini agar penanganan 3 dosa pendidikan dapat dilakukan dengan lebih efektif. Guru-guru diajak untuk mengidentifikasi terkait kasus 3 dosa pendidikan yang pernah terjadi di sekolah menggunakan ilustrasi 5R, yaitu role, resource, relation, rule, dan result.
Kegiatan TGO ini mendapat dukungan dari Dinas Pendidikan termasuk dengan kedatangan Pengawas yaitu Deri Yustin Wulandari. Beliau adalah pengawas SMK Kantor Cabang Dinas Wilayah VI Dinas Pendidikan Jawa Barat.
“Saya merasakan adanya hal baru, terobosan baru di Dinas Pendidikan dengan adanya kolaborasi dari PeaceGeneration yang terlibat dalam program sekolah. Ini luar biasa dan saya sangat berharap program ini berkelanjutan tidak hanya di SMK Gema Nusantara tetapi juga di sekolah-sekolah lain yang memerlukan informasi atau hal-hal terkait,” ujar Deri.
Di akhir kegiatan, peserta menyampaikan bahwa mereka merasa kegiatan ini sangat penting, bermanfaat, seru, dan kreatif. Banyak hal-hal baru yang diperoleh, sebagaimana yang disampaikan oleh salah satu guru dari SMAN 4 Bandung.
“Pengalaman saya mengikuti kegiatan ini betul-betul sangat berharga dan saya sangat bahagia sekali. Ilmu yang saya dapatkan, di antaranya saya bisa berkolaborasi dan bekerja sama, bahkan saya bisa tahu bagaimana mencari solusi dari akar permasalahan bullying, intoleransi, dan kekerasan seksual. Ini merupakan ilmu yang sangat bermanfaat sekali, di mana saya sebagai seorang pendidik bisa mengamalkan ilmu ini ketika saya berada di kelas atau di lingkungan sekolah”, ujar Imas Nuryanti.
Baca juga: SHIFT: Intergenerational Collaboration to Enhance Freedom of Religion and Belief
Melalui Program Guru Masagi Abad 21, PeaceGen yang melibatkan berbagai pihak dan sekolah menunjukkan komitmen dalam menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan harmonis dengan mengatasi 3 dosa besar dalam pendidikan.
Kolaborasi antara berbagai pemangku kepentingan, termasuk para pendidik, staf sekolah, dan otoritas pendidikan, mencerminkan usaha bersama untuk membentuk masa depan yang lebih baik dan toleran bagi para guru dan siswa di wilayah Bandung Raya.