Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis dan Empati Melalui Lagu ‘Aku Baru’ – Newsletter Edisi #19
“Lagu penuh makna, penyemangat hidup dan mengajak ke perubahan mindset yang lebih matang. Yuk kita share di platform-platform media sosial. Sudah terlalu banyak lagu uwu-uwuan, padahal hidup bukan cuma tentang itu”. –Sayyid Rahman
“Aku tipe yang jarang banget dengerin musik. Tapi pas denger sekilas reffnya aja, langsung pengen dengerin versi full-nya. Di play berulang auto bikin semangat”. – Ulfa Putri
Itu adalah dua dari ratusan komen untuk lagu Aku Baru yang diluncurkan secara resmi pada tanggal 18 November 2021. Karya kolaborasi PeaceGen, Bondan Prakoso, dan Rhaya Flicks ini dibuat sebagai bagian kampanye dari Frosh Project, yaitu program PeaceGen yang mempromosikan empati serta kemampuan berpikir kritis untuk anak muda.
Di balik kekuatan lirik dan musik Aku Baru ada cerita panjang dibaliknya yang cukup berliku. Perlu berminggu-minggu untuk menyamakan frekuensi, hingga menemukan baris-baris lirik yang kuat secara musikal tapi juga bisa mewadahi pesan empati dan berpikir kritis yang menjadi inti dari program Frosh. Lirik lagu ini setidaknya mengalami lima kali revisi, berevolusi dari satu versi ke versi berikutnya, hingga yang bisa dinikmati kini.
Baca juga: Good News from Indonesia
“Aku yang dulu, sang penentu kebenaran, tanpa ruang warna berbeda, hanya hitam dan putih”
Adalah salah satu bait yang hadir di detik-detik akhir, yang berusaha mengakomodir pesan kemampuan berpikir kritis, empati dan simpati. Hampir setiap kata, kalimat, dan bait diperhitungkan baik-baik. Bukan hanya sisi artistik tapi juga pesan yang ingin disampaikan.
Ini bukan pertama kalinya PeaceGen menggunakan lagu sebagai medium menyampaikan pesan. Tetapi Aku Baru menjadi berbeda karena melibatkan Bondan sebagai seorang musisi yang memiliki audiens yang luas. Diharapkan pesan ini bisa sampai kepada audiens yang lebih luas juga.
Karena salah satu rekomendasi dari riset seputar tentang narasi perdamaian bahwa narasi perdamaian masih berputar dalam filter buble atau berbicara hanya pada audiens yang itu-itu juga. Melalui kolaborasi dengan Bondan ini diharapkan pesan perdamaian bisa bergema lebih luas.
Webinar dan Bedah Buku: Pencegahan Ekstremisme Berbasis Kekerasan di Indonesia
Selain peluncuran Aku Baru, pada bulan November juga tepatnya tanggal 25 November 2021 bertepatan dengan Hari Anti Kekerasan Terhadap Perempuan, PeaceGen melalui program K-Hub menggelar webinar mengangkat tema perempuan dan ekstremisme.
Menghadirkan tiga orang perempuan yang berkiprah dalam sektor pencegahan ekstremisme kekerasan dan perempuan. Erni Kurniati, periset dari Division for Applied Social Psychology Research (DASPR) bercerita tentang beragam motif dan latar belakang perempuan yang dulu berperan sebagai suporter dalam aksi kekerasan ekstrem, bergeser menjadi aktor.
Erni juga membagikan praktik baik DASPR dalam membangun daya lenting dalam keluarga (family resilience) dalam mencegah kekerasan ekstrim.
Rifana Meika Periset dari Yayasan Prasasti Perdamaian (YPP) mengangkat sudut lain dari topik ini, yaitu sudut lembaga pemasyarakat. Rifana membagikan cerita dan peran YPP dalam pendampingan napiter dan advokasi di sektor lapas.
Webinar ini dipungkas oleh Rubby Khalifah yang sudah malang melintang dalam membangun peran perempuan dalam kerja-kerja perdamaian. Sehingga webinar ini selain membantu audiens untuk memahami masalah dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Juga diajak untuk bersikap optimis dan proaktif dalam merancang solusi.
Masih dalam tema kekerasan ekstrem, pada tanggal 29 November 2021, PeaceGen berkesempatan membedah buku terbaru dari Jim Baton, salah seorang Agent of Peace (AoP) dan pegiat perdamaian yang merintis PeaceGen di Banjarmasin.
Penulis berkebangsaan Amerika ini telah menulis tiga buku bertema terorisme dan ekstremisme. Someone Has To Die mengajak pembacanya untuk memahami masalah ekstrimisme melalui sebuah novel fiksi yang beberapa bagiannya terinspirasi oleh kisah nyata. Buku ini menjadi alternatif bagi publik yang ingin memahami masalah terorisme dengan cara yang lebih renyah.
Angin segar di bulan November berhembus dari dunia pendidikan. Kemendikbud meluncurkan modul pendidikan kebhinekaan yang akan dilatihkan secara massif kepada guru-guru se-Indonesia. Kami sangat bangga karena PeaceGen menjadi bagian dari proses ini.
Kami terlibat dalam proses pembuatan modul dan memasukkan pendekatan serta media pembelajaran PeaceGen kepada modul tersebut. Dengan media dan pendekatan kreatif, diharapkan modul dan training ini dapat membekali guru-guru seluruh Indonesia menyebarkan perdamaian dengan mengasyikkan dan memiliki kemampuan berpikir kritis.
Baca selengkapnya laporan terbaru dari PeaceGen, dengan klik tombol di bawah ini.
Baca juga: SHIFT: Intergenerational Collaboration to Enhance Freedom of Religion and Belief