28 NGO Perdamaian Mengasah Skill Mengemas Data Jadi Cerita di K-Hub Fellowship 2022 – Newsletter Edisi #22

Ada dua orang yang bekerja memotong kayu. Yang satu terus bekerja tanpa istirahat dan yang satu lagi terlihat beberapa kali mengambil jeda.

Satu hal yang menarik, orang yang mengambil jeda ternyata lebih produktif, hasil kerjanya jauh lebih banyak dari pekerja yang terus bekerja tanpa jeda. Begitulah gambaran kenapa K-Hub Fellowship diselenggarakan. Tapi, mengapa yang mengambil jeda lebih produktif? 

Rahasinya adalah, orang yang mengambil jeda meluangkan waktunya untuk mengasah gergaji. Sementara yang bekerja tanpa jeda terus bekerja dan tak menyadari bahwa gergajinya semakin tumpul. Sekeras apapun dia bekerja, tanpa didukung gergaji yang tajam, hasilnya tak akan maksimal. 

Prinsip mengasah gergaji ini diangkat oleh Stephen Covey  dalam bukunya yang legendaris yaitu The 7 Habits of Highly Effective People.

Cerita ini menggambarkan tentang kerja keras versus kerja cerdas. Kerja keras tak selalu berarti hasil yang maksimal. Kita tak sadar bahwa produktivitas kita menurun bukan karena kita kurang keras dalam bekerja. 

Baca juga: PeaceGen Wakili Indonesia di HLPF (Berbagi Pengalaman Sukses Ajarkan Damai dengan Media Kreatif)

Efektivitas kerja kita anjlok karena alat yang kita gunakan menumpul. Di sanalah kita perlu mengambil jeda untuk melihat lagi skillset dan toolset kita. Memastikan semua alat bantu bekerja dengan prima. 

Asah gergaji itulah yang dilakukan oleh 28 organisasi dalam K-Hub Fellowship. Acara ini di inisiasi oleh K-Hub Preventing Violence Extremism Community yang dimotori oleh PeaceGen.

Mengasah Skill Mengemas Data Jadi Cerita di K-Hub Fellowship 2022

Di acara ini, para utusan CSO (Civil Society Organization) mengasah lagi kemampuannya dalam teknologi dan data. 

Di sesi pertama Dr. Ismail Fahmi mengajak peserta untuk melihat lagi bagaimana data begitu berharga dalam membaca realita.

Dengan Drone Emprit yang mampu memetakan perbincangan di dunia digital, kita bisa melihat alur tema dan tren. Tanpa kemampuan memetakan ini, kerja-kerja CSO bisa kehilangan konteks. 

Rahadian, di sesi berikutnya mengajak peserta untuk menantang asumsi-asumsi dengan data. Mantan wakil pemimpin redaksi Lokadata ini memberikan sejumlah contoh kasus di mana asumsi-asumsi umum ternyata salah saat dikonfrontasi dengan data. 

Baca juga: SHIFT: Kolaborasi Antar Generasi Dalam Meningkatkan Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan

Selain wawasan tentang betapa berharganya data, dari acara ini juga para peserta berkesempatan mengasah gergaji dalam hal-hal teknis dalam bentuk praktik.

Husein Abdusalam, produser video dari Narasi memberikan sejumlah gagasan dan contoh pengolahan data dalam ragam bentuk media audio visual. 

Nadya Zahra Noor, desainer dari Tirto membagikan ilmu dan tips mengemas data dalam infografis menarik dan ciamik. Tak kalah menarik, Mawa Kresna, dari Project Multatuli mengajak peserta untuk menggali informasi dari sumber-sumber primer yang mungkin tak banyak orang tahu. 

Dengan proses mengasah gergaji di K-Hub Fellowship yang langsung dipandu oleh pakar-pakar di bidangnya, diharapkan CSO akan semakin tajam dalam kerja-kerja pencegahan ekstremisme kekerasan.

Baik dalam menggali data, mengolah hingga menyajikannya dalam rupa yang kuat, menarik dan renyah. Sehingga kerja-kerja keren CSO di sektor ini dampaknya akan lebih nampak, praktik baik menjadi lebih menarik, data menjadi lebih bercerita.

Simak selengkapnya tentang K-Hub Fellowship dengan klik tombol Unduh Nawala di bawah ini.

Baca juga: Training for Youth - SHIFT Ciptakan dan Jaga Kerukunan Umat Beragama


Unduh Nawala Di Sini

Bagikan