Disdik Jabar Dukung Pelatihan Guru Kreatif untuk SOP Pencegahan Kekerasan di Sekolah


Bandung, 19 Agustus 2025 – Di tengah upaya masif untuk mewujudkan sekolah sebagai ruang aman, peran seorang guru menjadi garda terdepan dalam upaya pencegahan kekerasan. Isu kekerasan dan bullying yang kompleks menuntut setiap sekolah, khususnya di jenjang SMA dan SMK, untuk memiliki strategi yang efektif. Fauzan Nur Kholis, perwakilan dari Bidang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Dinas Pendidikan Jawa Barat, membagikan testimoninya tentang bagaimana sebuah pelatihan dapat mengubah paradigma lama yang kaku.
Sebagai institusi yang menaungi ribuan guru dan tenaga kependidikan di Jawa Barat, Dinas Pendidikan memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan setiap pendidik memiliki kapasitas yang memadai, khususnya bagaimana mencegah dan menangani kekerasan di sekolah, salah satunya bullying. Menurut Fauzan, keberhasilan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di setiap satuan pendidikan sangat bergantung pada kompetensi para guru di dalamnya.
"Bidang GTK memang fokus pada masalah-masalah yang berkaitan dengan guru. Dalam kaitannya dengan TPPK, salah satu aktor utamanya kan guru," ujar Fauzan. "Oleh karena itu, kami menyambut baik dan berpartisipasi aktif dalam pelatihan untuk guru-guru dalam menangani pencegahan dan penanganan kekerasan."
Meninggalkan Metode Kaku: Titik Balik dalam Pelatihan Guru
Selama ini, tantangan utama dalam pelatihan sejenis adalah bagaimana menerjemahkan regulasi menjadi aksi nyata. Para guru diharapkan mampu menyusun dan melaksanakan Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan kekerasan yang jelas, namun seringkali proses pelatihannya sendiri tidak cukup membekali mereka dengan cara yang aplikatif dan menarik.
Di sinilah Fauzan melihat sebuah perbedaan fundamental dalam pelatihan TPPK yang dihelat oleh PeaceGeneration. "Yang menarik adalah bahwa kegiatan ini dikemas agar guru-guru melaksanakan penanganan dan pencegahan tersebut dalam cara-cara yang menarik dan kontekstual," jelasnya.
Pembeda utamanya, menurut Fauzan, adalah penggunaan pembelajaran berbasis game. "Satu hal yang mungkin jadi pembeda, bahwa apa yang kita lakukan selama tiga hari ini dibungkus dalam permainan atau games," katanya. Pendekatan ini berhasil mendobrak kebosanan yang sering menyertai pelatihan formal. "Bahkan kita pun yang sudah dewasa menyenangi cara-cara tersebut. Karena menarik, motoriknya juga aktif, dan tidak membosankan," tambah Fauzan.
Dampak Ganda: Efektif untuk Guru, Sangat Relevan untuk Siswa SMA dan SMK
Keunggulan metode ini tidak berhenti pada efektivitasnya untuk peserta pelatihan. Fauzan menyoroti dampak gandanya: apa yang dipelajari guru melalui permainan adalah model yang bisa mereka terapkan langsung kepada siswa di sekolah.
"Apalagi kemudian hal ini diterapkan di sekolah. Anak-anak, terutama siswa SMA dan SMK, secara tahap sosiologisnya memang dalam tahapan yang suka bermain," analisisnya.
Baca juga: Kolaborasi dan Komitmen Bersama dalam Pencegahan Ekstremisme Kekerasan di Provinsi Jawa Barat
Dengan demikian, upaya pencegahan kekerasan di sekolah, termasuk isu bullying, tidak lagi disampaikan melalui ceramah yang kaku atau poster yang pasif. Sebaliknya, pesan-pesan penting dalam SOP dapat diinternalisasi melalui aktivitas yang menyenangkan. Melalui simulasi, konsep-konsep dalam SOP penanganan kekerasan tidak lagi hanya menjadi teks di atas kertas, tetapi menjadi strategi yang bisa dirasakan dan dipraktikkan langsung oleh guru dan siswa.
"Jadi, penanganan dan pencegahan kekerasan di satuan pendidikan itu tidak dilakukan lagi dengan cara-cara yang kaku, tapi berbasis permainan, games, dan hal-hal menarik lainnya," tegas Fauzan.
Komitmen Dinas Pendidikan Jawa Barat: Dari Pelatihan ke Implementasi Nyata
Melihat keberhasilan pendekatan ini, Dinas Pendidikan Jawa Barat melalui Bidang GTK berkomitmen untuk memastikan bahwa ilmu dan keterampilan yang didapat tidak berhenti di ruang pelatihan. Fauzan menegaskan bahwa pihaknya akan mengambil langkah-langkah strategis untuk menjamin setiap guru di Jawa Barat mampu mengimplementasikan SOP dan strategi pencegahan kekerasan secara efektif.
"Kami dari Bidang GTK Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat pasti akan terus berpartisipasi dan berkolaborasi dengan banyak pihak," katanya. "Kemudian, kita juga akan aktif melakukan pengawasan serta pendampingan bagi tim TPPK di sekolah."
Dukungan dari Dinas Pendidikan Jawa Barat ini menjadi sinyal kuat akan efektivitas metode pembelajaran kreatif dalam isu krusial seperti pencegahan kekerasan. Bagi para guru, kepala sekolah di jenjang SMA dan SMK, maupun institusi pendidikan lainnya yang terinspirasi dan ingin mengetahui lebih dalam mengenai pendekatan pembelajaran berbasis game dari PeaceGeneration Indonesia, pintu kolaborasi dan informasi selalu terbuka.
Baca juga: Aksi dari 162 Organisasi Kepemudaan dalam Konferensi Pemuda Indonesia untuk Gaza Palestina
Jika tertarik untuk berkolaborasi dan menggunakan metode gamifikasi dalam pendidikan perdamaian, Anda dapat menghubungi tim PeaceGeneration Indonesia melalui email di [email protected] atau mengikuti aktivitas terbaru mereka di media sosial Instagram dan TikTok @peacegenid.
Komitmen dari Dinas Pendidikan ini menandakan sebuah era baru dalam pelatihan guru, di mana inovasi dan metode yang berpusat pada peserta menjadi kunci untuk memerangi kekerasan dan bullying. Kisah dari Fauzan menjadi cerminan bahwa untuk mengatasi masalah serius, terkadang kita perlu belajar sambil bermain.
Pengalaman pembelajaran kreatif dari PeaceGen ini sesuai dengan kesimpulan yang diambil Pak Fauzan yakni: "Keren!"