Kisah Miss Ela Melawan Bullying dengan Menumbuhkan Empati dan Memberdayakan Upstanders

Laelawati atau akrab disapa Miss Ela, seorang guru bahasa Inggris di SMK Pusdikhubad Cimahi. Ia berbagi pengalamannya saat mengikuti kegiatan Bimbingan Teknis untuk Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (BimTek TPPK) 2025 dari PeaceGeneration Indonesia (PeaceGen) yang diselenggarakan bersama Dinas Pendidikan (Disdik) Jawa Barat. Miss Ela adalah salah satu perwakilan dari 18 sekolah se-Jawa Barat yang ikut serta dalam kegiatan ini. Baginya, BimTek ini adalah pengalaman pertama yang sangat berkesan dan membuka wawasan baru terkait penanganan kekerasan di lingkungan sekolah.

Meskipun TPPK dan surat keputusan (SK) dari dinas atau departemen terkait telah terbentuk di SMK Pusdikhubad, Miss Ela mengakui bahwa implementasinya belum berjalan dengan optimal. 

"TPPK ini kan hal yang baru juga bagi kami," ujarnya,

menekankan bahwa pembentukan tim dan SK baru saja dilakukan. Keikutsertaan dalam BimTek TPPK ini menjadi langkah penting untuk memahami Standard Operating Procedure (SOP) bagi guru di sekolah untuk melakukan pencegahan dan penanganan kekerasan yang efektif.

Baca juga: Kisah Inspiratif dari Inspiration House Cirebon: Menggerakkan Komunitas dengan Sentuhan Perdamaian

Tantangan unik dihadapi oleh SMK Pusdikhubad yang berada di bawah naungan yayasan militer. 

"Mungkin ada beberapa cara mendidik yang mungkin beda dengan sekolah yang lain," ungkap Miss Ela.

Ia menyadari bahwa pendekatan yang dianggap biasa dalam lingkungan militer bisa saja dipandang keras oleh pihak luar. Oleh karena itu, penyusunan SOP penanganan kasus kekerasan, baik internal maupun eksternal (seperti perundungan atau tawuran), memerlukan perancangan yang cermat agar punishment yang diberikan tetap mendidik dan tidak berlebihan.

Pengalaman mengikuti pelatihan PeaceGen membawa pencerahan signifikan bagi Miss Ela, terutama dalam menangani kasus perundungan. 

"Setelah mengikuti pelatihan di sini saya jadi tercerahkan," katanya antusias.

Di BimTek TPPK ini, PeaceGen melatih pola pikir sistem dengan pendekatan kreatif-interaktif ARKA untuk memahami alur penanganan kekerasan yang benar, termasuk mengidentifikasi berbagai aktor yang terlibat dan menentukan prioritas intervensi.

Salah satu hal yang paling berkesan adalah metode pembelajaran kreatif-interaktif yang diterapkan PeaceGen melalui boardgame. Miss Ela menyoroti boardgame "Semester Baru" yang bersifat role play bertemakan kasus perundungan di sekolah. 

Baca juga: Sekolah Cinta Ilmu Baleendah Wujudkan Sekolah Aman, Nyaman, dan Menggembirakan

"Selain anak-anak main games, tapi pada akhirnya, pada saat refleksi, ternyata ada sesuatu yang akan mereka dapatkan," jelasnya. 

Melalui permainan yang memungkinkan pemain merasakan peran sebagai pelaku maupun korban, diharapkan tumbuhnya rasa empati dalam diri siswa. Empati ini menjadi alat utama yang akan dibekali pada siswa untuk mencegah adanya kasus kekerasan di sekolah. Pendekatan belajar yang menyenangkan ini diyakini akan lebih efektif dalam menyampaikan pesan dan menanamkan pemahaman yang mendalam.

Ke depan, Miss Ela dan tim TPPK SMK Pusdikhubad berencana untuk melakukan diseminasi materi yang didapat dari PeaceGen kepada seluruh elemen sekolah. Sosialisasi mengenai dampak perundungan dan pentingnya merubah bystanders (orang yang diam menonton aksi bullying menjadi upstander (orang yang berani bertindak ketika melihat ketidakadilan) juga akan digencarkan kepada siswa di sekolah.

Perubahan signifikan dalam perspektif penanganan perundungan juga dialami Miss Ela setelah mengikuti BimTek TPPK. Sebelum ikut BimTek, intervensi guru cenderung fokus pada korban terlebih dahulu, baru kemudian memanggil dan memproses aksi pelaku. Namun, dengan dilaksanakannya BimTek oleh PeaceGen membuka mata Miss Ela dan guru-guru peserta lainnya bahwa pemahaman akan peran-peran dalam dinamika perundungan (seperti pembully, teman setia, pendukung aktif dan pasif, bystander, dan upstander) sangat krusial. 

"Ternyata yang harus diintervensi duluan (dalam kasus bullying) itu yang teman si pembully, namun dia yang pendukung pasif," ungkapnya,

menyadari bahwa penguatan upstander menjadi kunci untuk melemahkan kekuatan pelaku utama bullying.

Baca juga: Nasyiatul Aisyiyah Lampung: Bertransformasi melalui Program Perdamaian dan Keberagaman

Dengan pencerahan yang didapatkan pasca BimTek, Miss Ela berharap implementasi SOP penanganan kekerasan di SMK Pusdikhubad dapat berjalan dengan baik dan didukung oleh seluruh elemen sekolah. Kekompakan dan kesepahaman dalam pembuatan SOP yang tidak berat sebelah menjadi kunci keberhasilan menciptakan lingkungan sekolah yang damai. 

"Harapannya sih setelah apa yang sudah kami dapatkan di sini tentunya bisa kami implementasikan di sekolah," pungkasnya,

dengan harapan besar untuk mewujudkan SMK Pusdikhubad Cimahi sebagai sekolah damai yang mampu mencegah dan menangani kasus kekerasan di kalangan siswa-siswi sekolah.

Bagikan