Sekolah Cinta Ilmu Baleendah Wujudkan Sekolah Aman, Nyaman, dan Menggembirakan

Baleendah - Pak Oo Abdul Rohman, salah satu guru peserta perwakilan Bimbingan Teknis Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (BimTek TPPK) dari Sekolah Cinta Ilmu Baleendah, Kabupaten Bandung. Pak Oo diutus bersama dua rekan lainnya dari berbagai unit pendidikan di sekolah yang meliputi Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA). Kehadirannya bersama tim dalam BimTek TPPK dari PeaceGeneration Indonesia (PeaceGen) bersama Dinas Pendidikan Jawa Barat (Disdik Jabar) menjadi langkah awal dalam meningkatkan kapasitas untuk mencegah dan menangani kasus kekerasan di kalangan siswa-siswi sekolah. 

Pak Oo sehari-harinya adalah seorang guru mata pelajaran sekaligus kepala asrama di unit MA. Beliau menjelaskan, bahwa Sekolah Cinta Ilmu memiliki struktur pendidikan yang beragam. Namun, sekolah Cinta Ilmu ini belum memiliki tim TPPK,

"Sejujurnya dari sekolah kami belum ada [tim TPPK]," ujarnya. 

Sehingga pak Oo dan rekannya ini yang diproyeksikan oleh manajemen sekolah untuk menjadi "Formatur pembentukan tim TPPK yang akan dibentuk." 

Baca juga: Nasyiatul Aisyiyah Lampung: Bertransformasi melalui Program Perdamaian dan Keberagaman

Meskipun belum memiliki tim TPPK, kesadaran akan pentingnya pencegahan kekerasan di sekolah sudah tumbuh. Mengingat tantangan terbesar yang diidentifikasi oleh Pak Oo dan tim adalah mengurai kompleksitas permasalahan dan mengidentifikasi "bibit-bibit bullying" yang mungkin selama ini tersembunyi di sekolah.  

Pak Oo dan tim menyadari bahwa penanganan isu ini memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh stakeholder sekolah termasuk tenaga kependidikan, siswa-siswi, orang tua, hingga perangkat sekolah lainnya seperti satpam dan penjaga sekolah.  

"Justru mungkin yang paling harus dilakukan awal adalah edukasi untuk semua pihak tentang pengenalan dari mulai bibit bullying, penyebabnya, kemudian dan seterusnya,"  

ungkap Pak Oo, menggarisbawahi pentingnya pemahaman yang komprehensif bagi seluruh komunitas di Sekolah Cinta Ilmu. 

Kerentanan yang dihadapi Sekolah Cinta Ilmu dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di kalangan siswa-siswi adalah

"Kekerasan seksual dalam hal ini hubungan antara lawan jenis yang notabene itu bertentangan dengan apa namanya kebiasaan kita di pesantren," serta isu bullying antar senior dan junior, dan diskriminasi. 

Baca juga: Dari Sekedar Mengetahui Jadi Tanggung Jawab Moral untuk Mengimplementasikan Kehidupan Nol Limbah

Setelah mengikuti BimTek TPPK ini kak Oo menjelaskan bahwa wawasannya menjadi terbuka, 

"Ternyata selama ini kami masih perlu input yang lebih banyak lagi untuk bagaimana menyusun benang kusut ini sehingga tim TPPK nanti bisa secara efektif efisien sehingga bisa merancang aktivitas yang runtut, kemudian membuat pola SOP yang tepat guna dan selaras dengan apa langkah kedepan," jelasnya dengan antusias. 

Ketertarikan Sekolah Cinta Ilmu untuk mengikuti bimtek ini didorong oleh kesadaran akan kebutuhan materi dan juga kesempatan langka untuk terpilih di antara ribuan sekolah. Namun, apa yang temukan di bimtek TPPK ternyata jauh melebihi ekspektasi.  

"Ternyata subhanallah gitu ya, apa yang kita temukan di sini ternyata menambah pencerahan, itu ya menambah relasi, menambah wawasan, menambah inspirasi, menambah keberanian tentunya ya," tutur Pak Oo.  

Beliau meyakini bahwa pembekalan ini, ditambah dengan pendampingan lanjutan, akan memicu keberanian untuk beraksi dan memulai langkah baru dalam membangun sistem pencegahan kekerasan yang solid. 

Pak Oo juga menyoroti bagaimana metode simulasi permainan peran dalam BimTek telah membantunya dalam memahami konsep identifikasi dini dan memaksimalkan peran masing-masing anggota tim. Muncul juga kesadaran, bahwa pencegahan kekerasan bukan hanya tanggung jawab kepala sekolah atau guru, tetapi juga seluruh elemen sekolah, termasuk satpam. 

Baca juga: 5 Poin Tantangan Gerakan Kepemudaan untuk Perdamaian di Asia Tenggara

Materi BimTek dari PeaceGen yang fresh, dikemas dengan metode ARKA yang kreatif dan interaktif dengan didukung oleh moderator dan fasilitator berpengalaman, serta diselingi ice breaking, membuat proses belajar yang dirasakan Pak Oo dan guru-guru peserta lainnya menjadi menarik dan efektif. Bagi Pak Oo pribadi, banyak materi yang benar-benar baru, dan ia menyadarinya.  

"Existing treatment yang saya berikan itu kurang tepat lah  dalam pencegahan dan penanganan kekerasan di sekolah." 

Langkah selanjutnya, Sekolah Cinta Ilmu akan melakukan sosialisasi kepada seluruh stakeholder, restrukturisasi tim, dan memperbarui SOP yang sudah ada agar lebih relevan dan efektif dalam pencegahan dan penanganan kekerasan. Perjalanan ini baru dimulai. Namun, semangat dan pencerahan yang dibawa pulang oleh Pak Oo dan tim menjadi modal berharga untuk mewujudkan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif bagi seluruh siswa.

Bagikan