Memaknai Kunjungan Paus Fransiskus: Mengapa Interaksi Lintas Iman itu Penting?


Bagaimana kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia dapat memperkuat interaksi lintas iman? Bagi PeaceGeneration Indonesia, momen ini bukan sekadar peristiwa seremonial, melainkan dorongan nyata untuk meruntuhkan tembok prasangka dan membangun jembatan perdamaian.
Melalui acara Kolokium dan Bedah Buku "Salve Peregrinans Spei!" di Unika Atma Jaya, PeaceGen menegaskan pentingnya interaksi lintas iman dalam membangun kohesi sosial. Direktur Eksekutif PeaceGen, Irfan Amali, berbagi pengalaman pribadinya tentang bagaimana prasangka dapat runtuh ketika ada ruang untuk bertemu, berdialog, dan memahami satu sama lain.
Selama lebih dari 17 tahun, PeaceGen menjalankan program Breaking Down the Walls (BDW) yang mempertemukan kelompok lintas iman dalam kolaborasi nyata. Kini, semangat ini semakin meluas, bahkan setelah lima bulan kunjungan Paus, para pemuda dari Keuskupan mengunjungi PeaceSantren Welas Asih untuk melanjutkan dialog dan kerja sama.
Kehadiran PeaceGen di Kolokium dan Bedah Buku “Salve Peregrinans Spei!”
PeaceGeneration Indonesia turut hadir dalam Kolokium dan Bedah Buku yang bertajuk Memaknai Pembelajaran Lima Bulan Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus dan Buku “Salve Peregrinans Spei!” di Auditorium Gedung Yustinus, Unika Atma Jaya, Semanggi, Jakarta.
Acara ini mengundang beragam tokoh lintas iman di Indonesia untuk berbagi sudut pandang atas kunjungan Paus dan dampaknya terhadap semangat dan upaya-upaya perdamaian. Kunjungan Paus ini tentu sejalan dengan semangat perdamaian yang dibangun oleh PeaceGen.
Di acara bedah buku ini, PeaceGen diwakili oleh Direktur Eksekutif Irfan Amali yang turut berkontribusi dalam penulisan Salve Peregrinans Spei. Melalui tulisannya yang berjudul "Kunjungan Paus Fransiskus & Semangat Indonesia Damai", Irfan menyoroti kunjungan Paus sebagai momen penting dalam memperkuat perdamaian lintas iman di Indonesia.
Sebagai organisasi yang bergerak dalam pendidikan perdamaian sejak 2007, kunjungan Paus Fransiskus yang diterima dengan hangat tidak hanya dari kalangan Kristiani, tetapi juga tokoh agama Islam, Hindu, dan Buddha merupakan bukti bahwa kontak lintas agama dan keyakinan sangatlah penting terjalin untuk dapat mencapai kohesi sosial.
PeaceGen percaya bahwa perdamaian ini dapat dicapai dengan membangun lebih banyak lagi jembatan dan kesempatan interaksi lintas iman. Tidak hanya di Indonesia saja, tetapi di kawasan Asia Tenggara dan dunia secara keseluruhan. Jembatan perdamaian ini merupakan hasil dari pengalaman masa kecil Irfan itu sendiri yang colour blind.
Apa Colour Blind yang dimaksud Irfan?
Semasa kecilnya di Bandung, Irfan berteman dengan semua orang, tidak melihat apa identitas mereka. Karena menjadi yang dipahami oleh anak kecil waktu itu adalah asik dan gembira bermain bersama-sama.
“Jadi saya tumbuh dalam suasana yang sangat mendukung, celebrating diversity, Indonesia kecil. Setelah SD, masuk ke pesantren yang homogen tapi sangat modern. Kebetulan saya nya suka baca dan berpikir kritis yang mana itu adalah pisau bermata dua. Baca buku tapi salah baca, buku-buku cukup keras seperti sejarah Perang Salib di Spanyol, tumbuh lah rasa kebencian terhadap Kristen.”
Kebencian terhadap Kristen itu lalu berubah setelah Irfan bertemu Eric Lincoln, seorang Amerika yang Kristiani. Di awal keduanya punya prasangka dan curiga antar satu sama lain. Namun, akhirnya prasangka itu runtuh ketika keduanya punya visi yang sama dalam pendidikan perdamaian dan mendirikan PeaceGen tahun 2007.
Baca juga: Peacetival Vol. 7 Sukses Rajut Perdamaian di Tengah Keberagaman Indonesia
Akhirnya Irfan sadar bahwa colour blind yang dimaksud bukanlah buta warna secara fisik, tetapi buta terhadap perbedaan latar belakang identitas seperti suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA). Pengalaman berteman buta perbedaan inilah yang ditulis oleh Irfan di dalam buku Salve Peregrinans Spei di mana harapannya lebih banyak orang sadar pentingnya interaksi lintas iman yang bermakna untuk mencapai perdamaian.
Bagaimana Semangat Irfan dalam Meruntuhkan Tembok Prasangka?
Selama 17 tahun lebih, Irfan, Eric, dan PeaceGen terus menciptakan program Breaking Down the Walls (BDW), mempertemukan siswa-siswi Islam-Kristen dan kelompok lintas iman lainnya untuk berkolaborasi mengerjakan sebuah proyek sosial perdamaian.
Di mulai dari Jawa Barat, kini BDW juga tersedia di Pulau Sumatra. Karena sejatinya PeaceGen percaya bahwa dengan semakin banyaknya kontak lintas iman yang berkualitas, Maka, perdamaian semakin mudah untuk tercapai.
Tetapi BDW tidak bisa berjalan sendirian, masih banyak peranan yang dapat diambil oleh PeacePeople untuk mewujudkan perdamaian di dunia. Oleh karena itu, lima bulan pasca-kunjungan Paus Fransiskus ke Indonesia, diharapkan Irfan dan PeaceGen membuka lebih banyak lagi interaksi lintas iman untuk mencapai perdamaian di Indonesia.
“Jadi lima bulan setelah kunjungan Paus Fransiskus, terdapat kunjungan dari Keuskupan ke pesantren kami (PeaceSantren Welas Asih). Ada 30 anak muda yang datang untuk menindaklanjuti program positif Breaking Down the Walls. Mereka datang dan mengobrol dengan santri-santri kami. Saya kira jika hal ini berlanjut, lima bulan hingga satu tahun lebih, semangat ini harus tetap digelorakan agar tembok-tembok prasangka itu runtuh.”
Apa yang Bisa PeacePeople Lakukan untuk Menyebarkan Semangat BDW ini?
Anda dapat mempelajari lebih lanjut tentang BDW di sini!
Untuk mendapatkan informasi terkini tentang BDW, Anda juga dapat mengikuti kami di media sosial Instagram dan TikTok @peacegenid
Baca juga: Good News from Indonesia
Jangan lupa kunjungi kanal Youtube kami di https://www.youtube.com/@PeaceGenID