New Normal Bagi Guru Terwakilkan dalam 7 Poin Ini!
New Normal mulai berlangsung terhitung sejak pertengahan tahun 2020. Pemerintah menerapkan sistem School From Home untuk melindungi para punggawa sekolah dari pandemi di Indonesia. Selama masa adaptasi, tentu banyak sekali hal-hal yang harus dibiasakan oleh guru, sebagai pengajar dan pendidik.
Peace People, inilah 7 new normal bagi guru, dalam menghadapi pandemi!
1. Dari Kelas Menjadi Google Class
Biasanya, kelas menjadi ruangan yang ramai dengan banyak karakter siswa. Ada yang jail, sampai yang nakal. Tiba-tiba, semuanya berubah jadi virtual. Yang biasanya bisa saling tolong kalau ada yang terkendala, semenjak pindah ke daring, kegiatan jadi terhambat sama kuota. Perubahan ini benar-benar terasa loh!
Baca juga: Good News from Indonesia
2. Dari Ruang Guru Menjadi Zoom Room
Siswa biasanya seneng tuh kalau jadwal kosong karena guru pada rapat. Sekarang beda! Rapat jadi beralih ke zoom. Jika terlalu sering beraktivitas di dunia maya, guru jadi rentan mengalami zoom fatigue atau kondisi lelah dikarenakan banyaknya aktivitas zoom meeting yang mengakibatkan timbulnya rasa jenuh, stress, dan cemas. Guru-guru perlu melakukan aktivitas lain agar terhindar dari zoom fatigue ini.
3. Biasanya ke Sekolah, Sekarang Langsung Menjadi Kerja Remote
Pagi-pagi biasanya para guru udah siapin silabus dan materi ke dalam tas. Sekarang cukup di rumah dengan gawai di tangan, menyapa siswa untuk memulai pelajaran. Kelebihan kerja remote seperti ini yaitu proses penyampaian informasi lebih efektif, namun kekurangannya adalah kesulitan dalam memantau siswa dalam proses belajar di rumah. Ditambah kalau bapak dan ibu guru juga punya anak di rumah, wih makin seru ya?
4. Dari Seminar Menjadi Webinar
Untuk meningkatkan kompetensi, biasanya guru harus ikutan seminar ke tempat-tempat tertentu. Sekarang, semuanya berpindah ke webinar sampai kesempatan untuk menjelajah ke server-server tertentu.
5. Dari Metode Lama Menjadi Metode Baru
Kalau enggak ada Covid-19, mungkin harus nunggu beberapa tahun lagi biar serba online kaya sekarang. Karena saat ini semua serba online dan baru, maka perlu cara-cara yang baru pula dalam proses pembelajaran dengan menggunakan media digital yang ada. Sehingga guru mau tidak mau perlu memperbanyak metode pembelajaran yang langsung terintegrasi ke berbagai platform.
6. Dari 100% Menjadi 70-50% (Kondisi finansial)
Karena gak ke sekolah, otomatis gak ada tunjangan transport (dan tunjangan lainnya). Sehingga pendapatan guru jadi berkurang. Hal ini menyebabkan harus memutar otak agar tetap ada pemasukan. Maka antar guru, sekolah, dan juga orangtua siswa harus saling memahami kondisi ini dan menjadi saling support agar pendidikan tetap berjalan. Yuk saling support.
7. Dari Temu Menjadi Rindu
Salah satu hal yang membahagiakan bagi guru bukan hanya dari gajinya kok, melainkan dari kebahagiaan mengajar dan bertemu dengan siswa-siswinya di sekolah. Sedangkan saat ini, interaksi berpindah ke virtual: video call atau chat. Dan pastinya ini menjadi kerinduan tersendiri bagi guru-guru untuk bisa bertemu dengan siswa-siswi tercintanya.
Nah, sebagai pendidik, kira-kira apalagi yang kamu rasakan Peace People?
Baca juga: SHIFT: Intergenerational Collaboration to Enhance Freedom of Religion and Belief
Peace People, untuk mendapatkan informasi terkini dari Peace Generation, silahkan klik di sini!
Ditulis oleh: Irfan Nurhakim
Editor: Faza Rahim