Peringati Sumpah Pemuda, Campaign dan Chandler Institute of Governance Atasi Masalah Sosial Terkini
26 Oktober 2023 – Peringati Hari Sumpah Pemuda, Campaign, startup pengembang aplikasi kampanye sosial Campaign #ForABetterWorld, mempertemukan perwakilan pemerintah dan komunitas sosial dalam acara bertajuk “Peran Vital Anak Muda dan Pemerintah Atasi Masalah Sosial Terkini”.
Empat komunitas berdiskusi langsung dengan Pimpinan Komisi 1 DPD RI Dapil. DKI Jakarta, Sylviana Murni, untuk memperkuat hubungan antara pemerintah dengan organisasi sosial. Upaya ini dilakukan demi menciptakan dampak baik yang lebih besar di tengah banyaknya permasalahan, mulai dari perubahan iklim, perempuan, pendidikan anak, hingga bencana.
Empat komunitas tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang dipertemukan secara virtual pada 26 Oktober lalu. Selama ini, mereka tak tinggal diam melihat permasalahan sosial terjadi dan mengambil aksi nyata, salah satunya dengan membuat kampanye dan mengajak masyarakat berdonasi tanpa uang di aplikasi Campaign #ForABetterWorld.
Kampanye dan donasi ini disponsori oleh Chandler Institute of Governance, sebuah LSM asal Singapura yang fokus pada penguatan hubungan antara pemerintah dan organisasi sosial. Aksi nyata ini merupakan bagian dari Government Relations Development Programme for Indonesian Social Leaders (GRDP - ISL).
Lewat program ini, anak muda tak hanya terbantu untuk melancarkan kampanye, tapi juga mendapatkan penguatan kapasitas dengan mengadakan peningkatan kapasitas bagi para peserta melalui daring dan offline bahkan mempertemukan mereka dengan pelaku Pemerintahan.
1. Garis Hitam Project
Organisasi asal Sulawesi Barat ini meluncurkan kampanye #CelebratingEquality dan berhasil mengajak masyarakat untuk membuka donasi sebesar Rp29 juta.
Donasi ini diperuntukkan untuk membuat pelatihan menjahit dan menganyam pada 40 warga binaan lapas perempuan di kota Mamuju.
Meski berhasil mengumpulkan massa secara virtual di aplikasi Campaign #ForABetterWorld, mereka merasa terdapat beberapa permasalahan krusial yang harus diselesaikan, salah satunya adalah kesulitan untuk akses atau berkomunikasi dengan pihak pemerintah, serta kurang mendapat kepercayaan dari pemerintah dalam pengelolaan anggaran.
Menurut Sylviana Murni, tidak adanya batuan anggaran dapat disebabkan oleh keterbatasan dana pemerintah. Namun Sylviana Murni tetap menyampaikan bahwa untuk mencapai tujuan yang diharapkan, perlu adanya kesinambungan dengan pemerintah melalui berkolaborasi bersama Pemprov, seperti Dinas Sosial atau dinas yang bersangkutan. Dengan demikian, komunitas ataupun organisasi sosial tetap mendapatkan lisensi kolaborasi.
2. Yayasan Satu Karsa Karya (YSKK)
Baca juga: Peacetival Vol. 7 Sukses Rajut Perdamaian di Tengah Keberagaman Indonesia
Organisasi non pemerintah asal Surakarta, Jawa Tengah, ini telah meluncurkan kampanye #DukungPAUDRamahAnak dan berhasil mengumpulkan donasi sebesar Rp33 juta. Donasi ini akan dipergunakan untuk memberikan penguatan kapasitas pendidik di Kabupaten Sukoharjo.
Menurut YSKK, saat ini kendala yang ia dan timnya hadapi selama menyelenggarakan penguatan kapasitas di daerah adalah birokrasi yang tidak sinkron antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, karena menyampaikan permasalahan yang dihadapi pada pemerintah daerah dinilai lebih sulit.
3. PetaBencana.id
PetaBencana.id adalah platform gratis untuk memetakan bencana secara real-time dengan mengumpulkan informasi dari media sosial lalu dikonfirmasi ke instansi pemerintahan. Selama beberapa bulan terakhir, PetaBencana.id meluncurkan kampanye #BersamaKurangiRisiko dan berhasil mengajak pendukung di aplikasi Campaign #ForABetterWorld membuka donasi sebesar Rp27 juta.
Namun, upaya mitigasi bencana tak berhenti sampai situ. Mereka menemui kesulitan yang sama dengan Garis Hitam Project yaitu minimnya akses untuk berkomunikasi dengan pemerintah.
4. CarbonEthics
Baca juga: Good News from Indonesia
Kumpulan anak muda ini mengajak masyarakat untuk lebih sadar tentang isu perubahan iklim. Mereka mengedukasi pengurangan jejak carbon salah satunya dengan meluncurkan kampanye #BeCarbonConscious yang berhasil membuka donasi sebesar Rp23 juta dari kumpulan aksi pendukung.
Saat ini permasalahan yang dihadapi oleh CarbonEthics juga tak berbeda jauh dengan organisasi lainnya yakni kendala pada komunikasi dengan pemerintah.
Ahmad Fathul Aziz, Engagement Lead Campaign, berharap diskusi ini dapat menjadi bekal untuk solusi konkret yang lebih besar nantinya, “Di tengah banyaknya permasalahan sosial yang terjadi saat ini, kita tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Harus ada kerja sama yang kuat antara pemerintah dan komunitas atau organisasi sosial seperti yang kami lakukan bersama CIG dalam kolaborasi ini. Selain itu, Campaign juga hadir untuk menawarkan solusi, yakni kampanye yang memaksimalkan teknologi lewat aplikasi Campaign #ForABetterWorld. Semoga dengan langkah ini, kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik,” ujarnya.