Mengenal Anatomi Bully: Langkah Awal Menghadapi Bullying – Newsletter Edisi #31
Beberapa waktu yang lalu kita dikejutkan dengan berita meninggalnya siswa SD di Banyuwangi. Anak ini meninggal dengan tragis, yaitu gantung diri. Penyebabnya dia di-bully setiap hari oleh teman-temannya karena seorang anak yatim. Bahkan, ibunya pun seorang penyandang disabilitas.
Cerita ini menambah deretan panjang kasus bullying di Indonesia yang berakhir dengan kematian yang tragis. Ini menjadi catatan besar untuk kita semua, bahwa sekolah belum menjadi tempat yang aman untuk anak-anak kita.
PeaceGeneration selama 15 tahun bergerak mempromosikan nilai-nilai perdamaian, termasuk salah satunya mempromosikan sekolah yang ramah untuk anak-anak dan sekolah yang bebas dari tindak bullying.
Pada tahun ini dan beberapa tahun ke belakang, PeaceGeneration kembali menguatkan modul yang dimiliki yaitu modul Happy Tanpa Bully. Modul ini merupakan turunan dari 12 Nilai Dasar Perdamaian, khususnya nilai ke-10 “Pake otak, jangan pake otot. Menolak kekerasan dalam menyelesaikan masalah”.
Dalam modul ini dibahas tentang bagaimana mengenali anatomi bully, karena banyak sekali orang yang berfokus pada korban dan pelaku. Padahal, dalam anatomi bully itu ada korban, pelaku, suporter, dan penonton.
Suporter ini ada yang secara aktif mendukung pembully, tetapi ada juga yang bergerak pasif namun tetap mendukung. Pada jajaran penonton, ada juga orang yang sebenarnya tidak setuju dengan bully.
Jadi, penonton ini melihat kasus bully, tetapi tidak berdaya untuk memberhentikan bully. Kemudian ada orang yang secara pasif membela, tetapi dia tidak punya kekuatan. Terakhir, ada defender yang aktif membela, baik dengan melindungi korban maupun menghentikan pembully.
Bagaimana Modul Happy Tanpa Bully Berperan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Siswa?
Pada 2 tahun terakhir, PeaceGeneration merancang sebuah program Guru Abad 21 yang mempersenjatai guru dan sekolah untuk menghadapi 3 permasalahan yang kini oleh Kementerian Pendidikan disebut sebagai 3 dosa besar dalam dunia pendidikan, yaitu perundungan atau bullying, intoleransi, dan kekerasan seksual.
Khusus untuk perundungan atau bullying, PeaceGeneration telah merancang sebuah program Happy Tanpa Bully. PeaceGeneration juga merancang beragam media belajar yang menarik dan interaktif, termasuk modul dan board game yang akan mempermudah guru untuk mengajarkan nilai-nilai happy tanpa bully.
Baca juga: Peacetival Vol. 7 Sukses Rajut Perdamaian di Tengah Keberagaman Indonesia
Ketika sekolah mempelajari anatomi atau sistem sebuah bully, sebetulnya sekolah bisa menangani kasus bullying ini dengan lebih sistematis. Jika muncul kasus bullying, maka sekolah tidak akan kaget lagi. Namun, sekolah perlu bekerja dalam senyap bagaimana menghilangkan bullying ini dari bibitnya.
PeaceGeneration juga mendata ada 20 bibit bullying yang jika diidentifikasi lebih awal, maka kasus bullying ini bisa dicegah sejak masih bibit sebelum menjadi besar, sehingga tidak menyebabkan kasus seperti SD di Banyuwangi tadi.
Melalui program anti bullying ini, seorang korban bully bisa terlindungi, seorang pembully juga bisa dibantu untuk menghentikan pembullyannya. Satu hal yang paling penting adalah mengubah sudut pandang penonton dari pasif defender menjadi aktif defender.
Oleh karena itu, dengan program yang komprehensif ini, mudah-mudahan sekolah bisa secara sistematis membangun sebuah sistem yang kuat dan memiliki sistem deteksi dini, sehingga suatu hari sekolah betul-betul menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi anak-anak. Semua siswa dan guru pun bisa menjadi happy tanpa bully.
Simak selengkapnya updates terbaru kami dengan klik tombol di bawah ini.
Baca juga: Kabar Baik dari Indonesia